BAB
III
SISTEM EKONOMI
INDONESIA
1.
PENGERTIAN
SISTEM
Sistem pada dasarnya
adalah suatu “organisasi besar” yang
menjalin berbagai subjek atau objek
(berupa orang-orang atau masyarakat
untuk ) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu . Untuk sistem
kemasyarakatan subjek objeknya yaitu orang-orang atau masyarakat. Sedangkan
sistem lingkungan subjek objeknya yaitu makhluk-makhluk hidup dan benda alam.
Kehadiran
subjek dan objek ini semata belumlah cukup untuk membentuk sebuah sistem.
Karena himpunan subjek dan objek tadi baru membentuk sebuah sistem jika lengkap
dengan perangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalin tentang bagaimana
subjek/objek yang ada bekerja, berhubungan dan berjalan/dijalankan. Dan juga
dengan adanya kaidah dan norma. Kaidah dan norma yang dimaksud bisa berupa
aturan dan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, untukbsistem
yang menjalin hubungan antarorang. Norma tadi bisa pula berupa ketentuan
administratif.
Sebuah
sistem, sesederhana apapun, senantiasa mengandung kadar kompleksitas tertentu.
Jadi
sebuah sistem adalah jalinan semua itu, mencakup subjek(objek) dan perangkat
kelembagaan yang membentuknya.
Sebuah sistem jika diurai lebih
rinci pada dasarnya selalu mempunyai atau dapat dipilih menjadi menjadi beberapa
subsistem, yakni system-sistem lebih kecil yang merupakan bagian dari dirinya.
Sebaliknya, setiap sistem pada hakekatnya senantiasa merupakan bagian dari
sebuah suprasistem, yakni sebuah system lebih besar ke mana ia (bersama dengan
beberapa sistem lain) menginduk.
Kesadaran
bahwa sistem-sistem dapat dan bahkan sering berkaitan, itu perlu. Karena
kesadaran demikian dapat menghindarkan kita dari perangkap kepicikan, yakni
memandang sesuatu secara arif berdasarkan pemahaman lintas bidang.
2.
SISTEM
EKONOMI DAN SISTEM POLITIK
Sistem
ekonomi à suatu system yang mengatur serta
menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam
suatu tatanan kehidupan.
Sebuah
sistem ekonomi terdiri atas unsur-unsur manusia sebagai subjek; barang-barang
ekonomi sebagai objek; serta perangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalin
dalam kegiatan berekonomi. Sebuah sistem ekonomi sesungguhnya merupakan salah
satu unsur saja dalam suatu suprasistem kehidupan masyarakat, yang merupakan
bagian dari kesatuan ideologi kehidupan bermasyarakat di suatu negara.
Di dunia ini terdapat kecenderungan
umum bahwasistem ekonomi di sebuah negara “bergandengan tangan” dengan
sistem politik di negara bersangkutan,
ideologi ekonomi berjalan seiring dengan
ideologi politik.
Dalam
konteks ekonomi dan politik, sebutan bagi nama sistemnya acapkali sama dengan
cap ideologinya. Dengan demikian, istilah liberalisme dan komunisme bukan saja
cap bagi ideolgi politik, akan tetapi juga nama bagi sistem politik.
Sistem ekonomi suatu negara dikatakan
bersifat khas, sehingga bisa dibedakan dari sistem ekonomi yang berlaku atau
diterapkan di negara lain, berdasarkan beberapa sudut tinjauan seperti:
1. Sistem
pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi.
2. Keleluasaan
masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama lain dan untuk menerima imbalan
atas prestasi kerjanya.
3. Kadar
peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan kehidupan
bisnis dan perekonomian pada umumnya.
3.
KAPITALISME
DAN SOSIALISME
Sistem
ekonomi kapitalis mengakui pemilikan individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Tidak terdapat kekekangan atau batasan bagi
orang perorangan dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya. Prinsip
“keadilan ” yang di anut sistem ini ialah “setiap orang menerima imbalan
berdasarkan prestasi kerjanya”. Campur tangan pemerintah sangat minim. Di dalam
teori mikroekonomi, sistem ekonomi kapitalis adalah system yang menyandarkan
diri sepenuhnya pada mekanisme pasar, prinsip laissez faire (persaingan bebas), meyakini kemampuan “the invisible hand” dalam menuju
efisiensi ekonomi.
Sistem ekonomi sosialis mengakui
sumber daya ekonomi atau faktor produksi diklaim sebagai milik negara. Sistem
ini lebih menekankan pada kebersamaan masyarakat dalam menjalankan dan
memajukan perekonomian. Prinsip
“keadilan” yang dianut oleh sistem ini ialah “setiap orang menerima imbalan
yang sama”. Dan campur tangan pemerintah sangat tinggi, dimana pemerintah yang
menetukan dan merencanakan persoalan pokok ekonomi : what (apa yang harus diproduksi), how (bagaimana memproduksinya) dan for whom (untuk siapa diproduksinya).
Diantara kedua ekstrem sistem
ekonomi tersebut, terdapat sebuah sistem lain yang merupakan “campuran” dari
keduanya, yaitu system ekonomi campuran. Sistem
ekonomi campuran pada umumnya diterapkan oleh negara-negara berkembang atau
negara-negara Dunia Ketiga. Contohnya : Filipina dan India.
4.
PERSAINGAN
TERKENDALI
Sehubungan
dengan persaingan antarbadan-usaha, tidak terdapat rintangan bagi suatu
perusahaan untuk memasuki bidang usaha tertentu. Namun untuk menghindari
persaingan tak sehat dalam pasar barang tertentu yang sudah tertentu yang sudah
jenuh, pemerintah nengendalikannya dengan membuka prioritas-prioritas bidang
usaha, termasuk juga prioritas lokasi usaha. Pengendalian dimaksud misalnya
ialah dengan mengumumkan Daftar Negatif Investasi (DNI).
Persaingan
berekonomi dan kompetisi berbisnis di Indonesia bukanlah persaingan yang
bebas-lepas, melainkan persaingan yang terencana-terkendali. Dalam sistem ekonomi
kapitalis, persaingan bersifat bebas tanpa kendali pemerintah. Sedangkan dalam sistem
ekonomi sosialis, perencanaan terpusat, sehingga persaingan praktis terkendali
atau bahkan tidak ada sama sekali. Indonesia tidak demikian. Persaingan tetap
ada, akan tatapi dalam beberapa hal terkendali. Indonesia tidak sepenuhnya
menyandarkan perekonomian pada mekanisme pasar.
Rasionalitas masyarakat Indonesia dalam berekonomi adalah
tercipta atau terpeliharanya optimasi, bukan maksimalitas. Dalam memenuhi
tercapainya keadaan optimum. Walaupun individualism orang Indonesia dalam
perilaku sehari-hari tampak nyata dan diduga akhir-akhir ini semakin tebal,
namun rasa kebersamaan dan kesetiakawanan tak pernah memudar.
5.
KADAR
KAPITALISME DAN SOSIALISME
Unsur-unsur
kapitalisme dan sosialisme jelas terkandung dalam pengorganisasian ekonomi
Indonesia. Untuk melihat seberapa tebal kadar masing-masing “isme” ini mewarnai
perekonomian, ada dua pendekatan :
1. Dengan
pendekatan faktual struktural à menelaah peranan pemerintah atau Negara
dalam struktur perekonomian.
2. Dengan
pendekatan sejarah à dengan menelusuri bagaimana
perekonomian bangsa diorganisasikan dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kadar keterlibatan pemerintah dalam
perokomian dengan pendekatan faktual-struktural, dapat digunakan kesamaan
Agregat Keynesian yang berumuskan :
Y
= C + I + G + (X-M).
C
:
Pengeluaran konsumsi masyarakat
I
:
Investasi
G
:
Pengeluaran konsumsi pemerintah
X
: Ekspor
M
: Impor
Dengan formula ini berarti produk atau pendapatan nasional dirinci menurut
penggunaan atau sektor pelakunya.
Pengukuran keterlibatan pemerintah dengan pendekatan
faktual dilakukan dengan mengamati peranan pemerintah secara sektoral. Maksudnya
keterlibatan pemerintah dalam mengatur sektor-sektor produksi dan berbagai
kegiatan berbisnis. Dengan pendekatan sejarah dapat dipelajari, betapa bangsa
kita tidak pernah menerima pengelolaan makroekonomi yang terlalu berat ke
kapitalisme ataupun ke sosialisme.
BAB
IV
PENDAPATAN
NASIONAL, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR EKONOMI
1.
Konsep-konsep
Pendapatan Nasional Indonesia
Dalam
arti sempit pendapatan nasional adalah terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas
pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP), atau merujuk Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross
National Bruto (GNB), Produk Nasional Neto (PNN), atau Net National Product
(NNP), atua berujuk pada Pendapatan Nasional (PN) alias National Income (NI).
Ke-4 konsep pendapatan nasional ini (PDB, PNB, PNN, dan PN) berbeda satu sama
lain.
a.
Metode
penghitungan pendapatan nasional
Di Indonesia data mengenai
pendapatan nasional dikumpulkan dan dihitung dan disajikan ileh Biro Pusat
Statistik. Penghitungan pendapatan nasional di Indonesia dimulai dengan PDB,
yang dapat menghitung 3 macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan ,dan pendekatan pengeluaran.
Produk
Nasional Bruto à produk domestic bruto ditambah
pendapatan netonatas factor luar negeri. PDB dan PNB serta PNN sebagaimana dijelaskan di atas
merupakan PDB dan PNB serta PNN atas dasar harga pasar karena didalamnya masih
tercakup unsure pajak tak langsung neto yaitu jumlah seluruh pajak tak langsung
yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah seluruh subsidi yang diberikan
pemerintah.
b.
Metode
penghitungan pertumbuhan riil
Metode revaluasi dilakukan dengan
cara menilai produksi masing-masing tahun dengan menggunakan harga tahun tertentu
yang dijadikan tahun dasar. Metode ekstrapolasi dilakukan dengan cara
memperbaharui nilai tahun dasar sesuai dengan indeks produksi atau tingkat
pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya. Sedangkan metode deflasi dilakukan
dengan cara membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relative yang sesuai
(indeks harga x1/100).
c.
Metode
penghitungan nilai
Nilai tambah adalah selisih antara
nilai akhir/harga jual suatu produksi dengan nilai bahan bukunya. Untuk mengitung
nilai tambah menurut harga konstanta terdapat empat macam cara, yaitu :
1. Metode
deflasi ganda
2. Metode
ekstrapolasi langsung
3. Metode
deflasi langsung
4. Metode
deflasi komponen pendapatan
Tiga yang pertama diterapkan dalam
PDB dengan pendekatan produksi dan yang terakhir dengan pendekatan pendapatan.
5.
Pendapatan
Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Setiap
tahun PDB senantiasa lebih besar dari pada PNB. Hal ini mencerminkan nilai
produk orang asing di Indonesia > dari pada nilai produk Indonesia di luar
negeri. Ini merupakan fenomena umum bagi sebuah Negara berkembang.
6.
Pendapatan
Perkapita dan Kemiskinan
Bank
mengelompokan Negara-negara didunia berdasarkan pendapatan perkapitanya menjadi
empat lapisan. Tapi disbanding dengan negara-negara lain seperti India, bangsa
kita Indonesia masih jauh lebih baik. Tapi Indonesia tetap di bilang negara
berkembang.
7.
Struktur
Ekonomi Indonesia
Struktur
ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjau ada empat
yaitu:
a) Tinjauan
makro sektoral,
b) Tinjauan
keruangan,
c) Tinjauan
penyelenggaraan kenegaraan,
d) Tinjauan
birokrasi pengambilan keputusan.
8.
Konsep-konsep
Pendapatan Ditinjau Kembali
Konsep
pendapatan nasional yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukan factor
biaya kerusakan lingkungan didalam penghitungannya. Akibatnya, bukan saja
angkat pendapatan nasional yang dihasilkan berlebihan, tapi juga menyebabkan
orang menjadi kurang peduli akan lingkungan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar